Mengukur Jejak Juara Pilkada di Pulau Jawa dan Sumut sebagai Kunci Potensi Kemenangan di Pilpres 2029 untuk Gerindra?
DARI enam provinsi yang saya prediksi, empat provinsi terbukti sesuai dengan perkiraan saya. Namun, prediksi saya meleset di dua provinsi: Banten dan Jawa Tengah
Oleh : Sugiyanto (SGY)
Ketua Himpunan Masyarakat Nusantara (HASRAT)
Sehari sebelum pemungutan suara pada Rabu, 27 November 2024, tepatnya pada Selasa, 26 November 2024, saya menulis artikel berjudul, “Menebak Pemenang Pemilihan Gubernur 2024 di Sumut dan Pulau Jawa: Jakarta Milik Siapa?”
Artikel tersebut menggambarkan siapa yang berpotensi menjadi pemenang di Pulau Jawa dan Sumatera Utara (Sumut), berdasarkan analisis elektabilitas, dukungan partai, kekuatan tokoh nasional/lokal, serta dampak dari hasil Pilpres 2024 dan faktor lainnya.
Tulisan artikel saya ini bukan bermaksud mengecilkan arti Pilkada Serentak di luar Pulau Jawa dan Sumatera Utara, melainkan hanya sebagai gambaran umum. Adapun hasil Pilkada Serentak di daerah lain tetap penting, karena merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan hasil Pilkada Serentak di Tanah Air ini.
Dari enam provinsi yang saya prediksi, empat provinsi terbukti sesuai dengan perkiraan saya. Namun, prediksi saya meleset di dua provinsi: Banten dan Jawa Tengah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.
Provinsi dengan Prediksi Akurat
Di Sumatera Utara (Sumut), pasangan Bobby Nasution-Surya unggul dengan hasil quick count di atas 60% atau sekitar 64%. Kemenangan ini menjadi momentum strategis bagi Gerindra untuk memperkuat pengaruhnya di Sumatera Utara. Saat ini Bobby Nasution telah resmi tercatat sebagai kader Gerindra.
Di Jawa Barat (Jabar), pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan (Gerindra-Golkar) memimpin dengan hasil quick count mencapai sekitar 61 persen. Dedi Mulyadi adalah kader Gerindra, sehingga hal ini mengukuhkan Jabar sebagai basis utama Gerindra di Pulau Jawa.
Sementara itu, di Jawa Timur (Jatim), pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak (Gerindra-Golkar) meraih kemenangan dengan hasil hitung cepat (quick count) sekitar 58 persen. Hasil ini menegaskan kekuatan koalisi besar yang dipimpin oleh Gerindra.
Dalam konteks ini, saya menduga Khofifah kemungkinan besar telah atau akan menjadi kader Gerindra, sehingga Jatim dapat dianggap “milik” Gerindra.
Untuk di Jakarta, pertarungan berlangsung sengit antara pasangan nomor 1, Ridwan Kamil-Suswono (didukung koalisi besar 13 partai, termasuk Gerindra), melawan pasangan nomor 3, Pramono Anung-Rano Karno (PDIP).
Hasil quick count menunjukkan pasangan Pram-Rano atau PRAM-DUEL, unggul dengan perolehan sekitar 49% hingga 50,5%, nyaris memastikan kemenangan dalam satu putaran dengan raihan 50% plus satu.
Dengan margin of error 1 persen, kepastian apakah Pilkada Jakarta selesai dalam satu putaran atau harus menuju dua putaran masih menunggu hasil real count dari KPU. Semua pihak tentu perlu bersabar menantikan hasil resmi tersebut.
Provinsi dengan Prediksi Meleset
Di Jawa Tengah (Jateng), prediksi saya meleset. Pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen (Gerindra-PPP) unggul atas pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi dengan perolehan hasil quick count sekitar 59,3% suara.
Sebelumnya, saya memprediksi PDIP akan tetap menang karena Jateng dikenal sebagai “Kandang Banteng” serta faktor Andika Perkasa sebagai mantan Panglima TNI dan kekuatan jaringan Hendrar Prihadi sebagai mantan Wali Kota Semarang.
Namun, meski kalah, PDIP masih mampu meraih suara sekitar 40,7%. Dalam hal tersebut, saya juga meyakini, mungkin Ahmad Luthfi, juga telah atau akan menjadi kader Gerindra. Dengan kemenangkan ini, Jawa Tengah kini dapat dianggap sebagai wilayah kekuasaan Gerindra.
Selain itu prediksi saya juga meleset di Banten.
Saya memprediksi pasangan Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi (Golkar-PDIP) akan menang dengan elektabilitas diatas 70% yang dimilikinya. Namun, hasil berbeda terjadi. Kondisi ini tentu sangat mengejutkan kancah dunia politik nasional, khusunya di Provinsi Banten.
Di Banten, secara spektakuler, pasangan Andra Soni-Dimyati Natakusumah (Gerindra-PPP) justru unggul, membalikkan dominasi Golkar di Banten sejak era Ratu Atut. Selama ini, Patat Golkar selalu mendominasi dan menang di Pilada pada Provinsi Banten. Akan tetapi kali ini Golkar pun tumbang di Banten.
Hasil quick count mencatat Andra Soni-Dimyati memperoleh sekitar, 57,5% melampaui pasanggan Airin-Ade, yang hanya mempoleh sekitar, 42,8%. Dengan kemenangan ini, Banten kini dapat dianggap menjadi milik Gerindra. Partai Gerindra bersama partai koalisi sukses menguasai Banten.
Kemenangan Lain yang Mengejutkan
Depok
Di Pemilihan Wali Kota Depok, Gerindra juga mencatatkan kemenangan besar. Kota Depok, yang selama hampir 20 tahun dikenal sebagai basis PKS, kini menyaksikan runtuhnya kejayaan PKS yang beralih ke Gerindra dan gabungan partai koalisinya.
Berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count, pasangan Supian-Chandra unggul dengan memperoleh suara 53,51 persen, sementara pasangan Imam-Ririn hanya mengumpulkan suara 46,49 persen.
Dalam hal ini, saya meyakini Supian Suri juga kemungkinan sudah atau akan menjadi kader Gerindra. Dengan demikian, Depok kini dapat dianggap menjadi basis partai Gerindra, yang dipimpin oleh Ketua Umumnya, Presiden RI Prabowo Subianto.
Kuasai Pulau Jawa, Kunci Potensi Kemenangan Pilpres 2029
Ada istilah politik yang mengatakan, “Jika ingin menang Pilpres, kuasailah Pulau Jawa.” Hal ini masuk akal mengingat jumlah penduduk dan pemilih terbesar berada di Pulau Jawa.
Saya melihat bahwa dalam Pilkada serentak 2024 ini, Gerindra, dengan dukungan koalisinya, telah berhasil menguasai mayoritas wilayah strategis di Pulau Jawa. Dalam konteks ini, jika Gerindra kembali mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pilpres 2029, maka, peluang kemenangan sangat besar.
Keberhasilan Gerindra tidak hanya terlihat di Pulau Jawa tetapi juga di Sumatera Utara, yang dapat dianggap sebagai provinsi simbolik Pulau Sumatra. Hal ini mungkin akan semakin memperkuat posisi Gerindra untuk kembali mengusung Prabowo Subianto dalam Pilpres 2029, dengan peluang kemenangan yang signifikan. Siapapun calon wakil presiden pendamping Prabowo, mungkin tak akan jadi masalah, karana boleh jadi, Gerindra dan partai koalisi, akan sangat solid dan kuat untuk terus mengusung Prabowo Subianto.
Sekarang tinggal Jakarta. Jika Pilkada Jakarta 2024 berlangsung dalam dua putaran, saya memprediksi Partai Gerindra, sebagai motor dari 13 partai koalisi, akan all-out. Intinya, Gerindra akan berusaha keras memenangkan pasangan nomor urut 1 Ridwan Kamil (RK)-Suswono atau RIDO melawan pasangan nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno atau Pram-Duel.
Tentu hal tersebut akan menjadi perhatian serius bagi pasangan Pram-Duel untuk terus berusaha keras. Pram-Duel akan tetap berupaya mempertahankan keunggulan yang diraih di putaran pertama demi mencapai kemenangan di daerah yang masih disebut dengan julukan Ibukota Jakarta. Yang pasti, putaran kedua Pilkada Jakarta akan berlangsung sengit dan ketat dalam perebutan posisi sebagai juara pemenang Pilkada Jakarta.